Wednesday, June 19, 2013

0 STRATEGI BIMBINGAN BELAJAR YANG MELIPUTI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK



PENDAHULUAN
A. Latar Belakang             
            Dalam proses menjadi (on becoming process), paling tidak pebelajar memerlukan empat pilar yakni pengetahuan, keterampilan,kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan penegasan UNESCO dalam konverensi tahunannya di  Melbourne(Diptoadi, 1999:165) yang menekankan perlunya Masyarakat Belajar yang berbasis pada empatkemampuan yakni: (1) belajar untuk mengetahui, (2) belajar untuk dapatmelakukan, (3) belajar untuk dapat mandiri, dan (4) belajar untuk dapat bekerjasama.
            Belajar untuk tahu menjadi basis bagi belajar untuk dapat melakukan, belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi belajar untuk mandir,belajar untuk mandiri merupakan basis bagi belajar untuk bekerjasama.  Tahu,dapat, mandiri, dan kemampuan bekerjasama merupakan kesatuan dan prasyarat bagi individu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.  Dari sini jelaslahbahwa belajar untuk tahu (learning to know) menjadi basis pilar lainnya. Belajar merupakan hal yang paling utama dalam.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada prosesbelajar Belajar sepanjang hayat. yang dilakukan oleh pebelajar. Belajar
merupakan konsep sepanjang hayat. Makna belajar tidak hanya terbatas pada pendidikan anak (pedagogi) tetapi juga menyangkut pendidikan orang dewasa
(andragogi) bahkan belajar menyangkut semua kegiatan di segala usia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari adanya  strategi bimbingan belajar itu sendiri adalah:
  1. siswa dapat memahami tentang dirinya sendiri, khususnya pada kemampuan belajarnya.
  2. Siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih efektif dan efisien.
  3. Siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajarnya.
  4. Siswa dapat mengembangkan sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang lebih baik, khususnya yang berkaitan tentang belajarnya. dapat tampil dalam melaksanakan kegiatan belajar dan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Bimbingan Belajar Bagi Siswa Di Sekolah

            Kehidupan siswa merupakan kegiatan yang unik dengan segala lika-likunya, dalam kehidupanya siswa selalu berhadapan dengan masalah masalah yang menuntutnya untuk dapat menyelesaikannya denga baik agar dia dapat terus bergerak maju menuju perubahan yang lebih baik.
            Permasalahan yang dialami siswa terkadang, dapat diselesaikan sendiri oleh siswa yang bersangkutan, tapi suatu saat mereka juga berkemungkinan untuk tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Sehingga dibutuhkanlah bantuan baik dari teman, orang tua, guru maupun konselor.
Konselor dalam hal ini adalah orang yang di dalam lembaga sekolah memiliki tugas yang langsung berkaitan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa. Dalam melakukan tugasnya tersebut konselor perlu menggunakan strategi yang jitu agar dapat membantu secara optimal dan tugasnyapun dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam makalah ini penulis berusaha untuk memaparkan seputar strategi bimbingan belajar siswa di sekolah, kiranya tulisan ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri dan juga semoga bermanfaat bagi kalangan yang lebih luas.

a. Pengertian
Sebelum membahas lebih lanjut tentang strategi bimbingan belajar bagi siswa di sekolah kita perlu juga  mengetahui beberapa pengertian dari strategi, bimbingan, bimbingan belajar, strategi bimbingan belajar dan siswa di sekolah ,dari pendapat para ahli yang akan penulis uraikan sebagai berikut:
  1. Strategi adalah: rencana yang cermat menyangkut kegiatan untuk mencapai sasaran.
  2. Bimbingan adalah: menurut Frank Miller (1961), bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri terutama untuk membuat penyesuaian tehadap sekolah, keluarga dan masyarakat umum.
  3. Bimbingan belajar adalah: proses membantu kegiatan belajar kepada siswa baik secara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan (prestasi  belajar) secara optimal.
  4. Strategi bimbingan belajar adalah: suatu upaya berencana yang cermat dalam kegiatan bimbingan belajar untuk meningkatkan aktivitas belajar dan mengentas permasalahan yang menganggu, sehingga prestasi belajarnya meningkat dan optimal (sukses akademik).
  5. Siswa di sekolah adalah: subyek- individu yang ikut serta alam proses belajar yang kegiatannya dilaksanakan dalam lembaga yang formal (sekolah).
  6. Dari pengertian yang terpotong-potong di atas maka penulis dapat mensintesiskan bahwa pengertian dari strategi bimbingan belajar siswa di sekolah merupakan suatu upaya yang berencana dan cermat yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan belajar  untuk meningkatkan aktivitas belajar dan mengentas permasalahan yang menganggu, sehingga prestasi belajar inividu yang ikut serta alam proses belajar yang kegiatannya dilaksanakan dalam lembaga yang formal (sekolah). meningkat dan optimal (sukses akademik)
b. Macam-macam bimbingan belajar
Ada beberapa macam bimbingan belajar yaitu:
1.    Bimbingan belajar dengan cara yang efisien.
2.    Bimbingan belajar dengan cara mmbaca buku.
3.    Bimbingan belajar dengan cara mengikuti pelajaran.
4.    Bimbingan belajar dengan cara menyiapkan diri untuk ujian.

B. PENDEKATAN BIMBINGAN BELAJAR.
Ada beberapa macam pendekatan yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan belajar, antara lain:
1.    Bimbingan secara individu
Secara sederhana bimbngan individu dapat diartikansebagai suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbinga atau konselor kepada seorang individu agar individu dapat menemukan dan memecahkan masalahnya. Bimbingan individu ini dilaksanakan apabila jumlah siswa yang dibimbing sedikit atau yang bersifat pribadi, misalnya: les privat, pelajaran tambahan dan lain-lain. Bimbingan secara individu dibedakan menjadi beberapa teknik yaitu:
  1. Directvie counseling yaitu: dengan mnerapkan prosedur atau teknik playanan konseling tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah.
  2. Non-directive counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur bimbingan yang difokuskan pada anak. Adanya pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah ia membutuhkan pertolongan atau tidak.
  3. Eklective counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur pelayanan tidak dipusatkan pada pembiming atau klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tenang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
2.    Bimbingan secara kelompok
      Bimbingan kelompok ini dilaksanakan apabila siswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Misalnya: diskusi kelompok, belajar kelompok, kegiatan kelompok, dan lain-lain. Bimbingan secara kelompok ini memiliki beberapa jenis teknik antara lain:
  1. Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalua kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar.
  1. Field trip
Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat  objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah.
  1. Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok sbaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar.


  1. Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatam bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik.
  1. Organisasi murid
Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota masyarakat.
  1. Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang. Maka dari itu sosiadrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah.
  2. Papan bimbingan berfungsi untuk menempelkan banyak hal yang berhubungan dengan pengumuman penting, peristiwa hangat, berita keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita pembangunan dan lain-lain.

Metode yang digunakan dalam bimbingan kelompok    
Dalam bimbingan kelompok dapat menggunakanberbagai macam metode, antara lain:
1.      Ceramah atau pemberian informasi.
Disini siswa diberi pengetahuan mengenai pentingnya belajar. Jadi dengan adanya pemberian informasi itu siswa diharaokan dapat termotivasi dalam belajarnya.
2.      Pemberian tugas.
Dengan adanya tugas yang diberikan, siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jadi secara tidak lang sung dengan sendirinya siswa akan termotivasi untuk belajar.
3.      Tanya jawab.
Setelah proses pembelajar berlangsung, hendaknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya.
4.      Konseling inidividu atau kelompok.
5.      Bimbingan kelompok belajar.
6.      Belajar kooperatif.
Dengan belajar kooperatif iswa dapatmenggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.
7.      Diskusi.
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaki anar individu dalam kelompok untuk mempebaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
8.      Observasi atau pemantauan.
Yang perlu mendapatkan bimbingan belajar yaitu seluruh siswa yang menunjukkan adanya gejala kesulitan atau masalah belajar dan siswa yang memiliki nilai dibawah rata-rata
C. PELAKSANAAN.
1. Guru bidang studi
             Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui  pendekatan instruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatanm pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenal dan memahami murid-muridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pembimbing sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu untuk:
a.      Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
b.      Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalahpribadi yang dihadapinya.
c.       Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
d.      Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan  karakteristik pribadinya.
e.       Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
2.    Guru pembimbing konseling.
3.    Wali kelas.
       Biasanya wali kelas lebih memahami akan kemampuan siswanya dan wali kelasjuga memantau akan perkembangan kemampuan para siswanya. Jadi apabila didalam kelas ersebut terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar, wali kelas dapat bekerjasama dengan guru bidang study ataupun konselor.
4.    Kepala sekolah.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN BIMBINGAN BELAJAR
Langkah-langkah yang ditempuh dalam bimbingan belajar adalah:
1.    Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang berupaya unutk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu dengan mencari informasi tentangsiswa meliputi:
a.    Data dokumen hasil belajar siswa
b.    Menganalisis absensi siswa didalam kelas.
c.    Mengadakan wawancara dengan siswa.
d.    Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.
e.    Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalah yang sedang dihadapi.
2.    Diagnosa
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.    Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa ( berat atsu ringan).
b.    Keputusan mengenai factor-faktor ysng menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
c.    Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan-kegiatan diagnosis adalah sebagai berikut:
-    Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu.
-    Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
-    Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
-    Kepribadian, misalnya: sering terlambat masuk  kelas, ketidak hadiran dalam kelas, sering membolos dan lain-lain. Sehinga dapat memungkinkan siswa mengalami kesulitan belajar.
3.    Prognosis
       Prognosis merupakan aktifitas penyusunan rencana atau programyang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan elajar anak didik. Prognosis dapat diatikan amalan apa yang elah diteapkan dalam tahap diagnosis yang akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepada siswa untuk membantu mengatasi masalahnya.
Dalam prognosis ini dapat berupa:
a.    Bentuk treatmen yang harus diberikan.
b.    Bahan atau materi yang diplukan.
c.    Metode yan akan digunakan.
d.    Alat Bantu belajar mengajar yang diperlukan.
e.    Waktu kegiatan dilaksanakan.
4.    Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan pogram yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
Bentuk terapi yang dapat diberikan  antara lain melalui:
a)    Bimbingan belajar kelompok
b)    Bimbingan belajar individual
c)    Pengajaran remedial
d)    Pemberian bimbingan pribadi
e)    Alih tangan kasus
5.    Tindak lanjut atau  follow up
Yaitu suatu usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya. Dalam kegiatanm tindak lanjut mendasarkan hasil evaluasi dan analisisnya.  
E. HASIL YANG INGIN DICAPAI
1.    Evaluasi
Evaluasi lebih menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendpat dan membuat kepoutusan-keputusan pendidikan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
a.    Tes Formatif
Penilaianini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untukmemperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
b.    Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran  tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran dauya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa.
c.    Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, datua atau dua tahun pelajaran

2.    Keberhasilan
a.    Indikator Keberhasilan
      Yang menjadi petunjuj bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal    berikut:
Ø    Daya serap terhadap bahan penbagjran yang diajarkan, mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
Ø    Perilaku yang dagariskan dalam tujuan pengajaran Intruksional Khusus ( TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok .
Namun demikian indicator ang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

b.    Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi ( hasil) belajar yang telah dicapai. Tingkat jkeberhasilan itu adalah sebagai berikut:
Ø    Istimewa/ Maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
Ø    Baik Sekali/ Optimal
Apabila sebagian besar ( 76 %-99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapt dikuasai oleh siswa.
Ø    Baik Minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75 % saja dikuasai oleh siswa.
Ø    Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat dan yang terlihat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan presentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajr mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru
c.    Setelah memperoleh bimbingan belajar, diharapkan akan terjadinya perubahan pada diri siswa, seperti:
Ø    Peningkatan penguasaan materi pelajaran
Ø    Peningkatan prestasi siswa
Ø    Teratasinya masalah-masalah belajar
Ø    Terselesaikannya proses belajar secara tepat waktu.

0 Manajemen Bimbingan dan Konseling



Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial), sedangkan konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya (Slameto, 2010).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan sekolah untuk mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri. Hal ini berati di setiap sekolah paling tidak harus dialokasikan 2 jam pelajaran bagi guru Bimbingan Konseling untuk mengadakan bimbingan secara klasikal. Namun dalam praktiknya, beberapa sekolah bahkan meniadakan jam khusus untuk layanan bimbingan klasikal kepada siswa. Layanan bimbingan klasikal biasanya dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir dan jam pelajaran ini dimanfaatkan bagi guru Bimbingan Konseling untuk mengadakan layanan bimbingan kelompok/klasikal.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manajemen sekolah belum memberikan tempat yang memadai bagi layanan bimbingan di sekolah. Beberapa hal yang diduga menyadi penyebab atau melatar belakangi kebijakan sekolah tersebut antara lain: (Fajar Santohadi, 2006)
  1. Sekolah masih menfokuskan pada pengembangan kompetensi akademis atau kognitif saja. Apalagi dengan adanya Ujian Nasional, maka siswa-siswa di tingkat akhir lebih difokuskan untuk mata pelajaran yang di-Ujian Nasional-kan.
  2. Penentu kebijakan (manajemen sekolah) memahami Bimbingan Konseling hanya sebagai pertemuan individual saja (konseling) terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa (fungsi kuratif).
  3. Tidak adanya program Bimbingan Konseling yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan membuat siswa, pengelola sekolah dan stakeholder sulit memberikan kepercayaan pada Bimbingan Konseling. Pengelola atau guru bimbingan konseling selama ini masih menganggap bahwa program bimbingan konseling merupakan daftar aktifitas yang mengacu pada pola 17 tetapi tidak menonjolkan isi yang akan digarap untuk mengembangkan aspek afektif, nilai, sikap dan prilaku positif siswa.Padahal pola 17 yang sering menjadi program konselur itu hanya merupakan ‘bungkus’ bukan isi.
Kebijakan meniadakan jam bimbingan kelompok/klasikal ini mengakibatkan fungsi pengembangan kemampuan siswa, fungsi pencegahan dan fungsi pemeliharaan bimbingan dan konseling dalam aspek perkembangan personal edukasional dan karir tidak dapat dijalankan secara utuh. Ketidak mengertian dan prasangka manajemen sekolah bahwa bimbingan dan konseling hanya membuang-buang waktu dan tidak memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan siswa menyebabkan sulitnya mendapatkan dukungan sekolah terdadap program bimbingan dan konseling.
Menurut Akhmad Sudrajat (2008) bahwa dimasa mendatang Bimbingan dan Konseling di Indonesia tidak lagi bersandar pada Konsep Pola 17 yang selama ini digunakan dalam praktik bimbingan dan konseling di sekolah, tetapi justru akan lebih mengembangkan model bimbingan dan konseling yang komprehensif dan berorientasi pada perkembangan, yang didalamnya terdiri dari empat komponen utama program bimbingan dan konseling, yaitu :
  1. Layanan Dasar; yakni layanan bantuan kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tujuan layanan ini adalah untuk membantu peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, memperoleh keterampilan hidup, yang dapat dilakukan melalui strategi layanan klasikal dan strategi layanan kelompok.
  2. Layanan Responsif; yaitu layanan bantuan bagi peserta yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera”. Tujuan layanan ini adalah membantu peserta didik agar dapat mengatasi masalah yang dialaminya yang dapat dilakukan melalui strategi layanan konsultasi, konseling individual, konseling kelompok, referal dan bimbingan teman sebaya.
  3. Layanan Perencanaan Individual; yaitu bantuan kepada peserta didik agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahannya. Tujuan layanan ini adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, merencanakan, atau mengelola pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, dapat melakukan kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya, yang dapat dilakukan melalui strategi penilaian individual, penasihatan individual atau kelompok.
  4. Layanan dukungan sistem; yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling di sekolah secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf; konsultasi dengan guru lain, staf ahli, dan masyarakat yang lebih luas; manajemen program; dan penelitian dan pengembangan.
Perubahan paradigma dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa profesi bimbingan dan konseling bersifat dinamis. Dinamika di dalam melaksanakan tugas merupakan manifestasi kompetensi dan profesionalisme dari seorang konselor. Kemampuan mensiasati dan memilih stetegi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan akan menjadi amunisi yang ampuh untuk mampu menghadapi berbagai dinamika dan perubahan yang dihadapi. Untuk itu, pemahaman mengenai beberapa peran guru bimbingan dan konseling (konselor) perlu diperhatikan dengan baik.
Barruth dan Robinson dalam  Muhammda Nur Wangid  (2009) menjelaskan beberapa peran yang lazim dilakukan oleh seorang konselor:
  1. 1. Konselor sebagai seorang konselor
Pemaknaan konseling sebagai suatu layanan bagi siapapun juga yang mencari bantuan dari seseorang  yang terlatih secara professional (konselor), dan layanan yang diberikan bisa secara individu atau kelompok dengan cara mengarahkan konseli untuk memahami dan menghadapi situasi kehidupan nyata sehingga bisa membuat suatu keputusan berdasarkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan hidupnya adalah peranan kunci bagi konselor professional di semua seting layanan. Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna membantu individu atau sekelompok individu untuk (a) mencapai tujuan-tujuan intrapersonal dan interpersonal, (b)  mengatasi kekurangan-kekurangan pribadi  dan kesulitan-kesulitan perkembangan, (c) membuat keputusan, dan membuat perencanaan untuk perubahan dan perkembangan, (d) meningkatkan kesehatan fisik maupun mental dan kebahagian mencapai kebahagiaan secara kolektif. Peran tersebut mengimplikasikan perlunya keahlian dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, ketrampilan interpersonal, ketrampilan pembuatan keputusan dan pemecahaman masalah, ketrampilan social, intervensi krisis perkembangan, orientasi teoritis untuk membantu. Untuk itu fungsi yang dilakukan antara lain melakukan wawancara, penilaian, evaluasi, diagnosis.
  1. 2. Konselor sebagai seorang konsultan
Konselor yang efektif  akan membangun atau memiliki jalinan kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan konseli, sehingga peran yang dilakukan tidak hanya terbatas pada “konselor sebagai konselor” saja. Apalagi dalam masa keterbukaan sekarang ini peran “konselor sebagai konsultan” menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Konselor diharapkan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak lain yang dapat mempengaruhi diri konseli seperti kepala sekolah, orang tua, guru, dan sebagainya yang mempengaruhi kehidupan konseli.
  1. 3. Konselor sebagai agen perubahan
Peran yang hampir serupa dengan peran sebagai konsultan adalah peran sebagai agen perubahan. Peran sebagai agen perbahan bermakna bahwa keseluruhan lingkungan dari konseli harus dapat berfungsi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mental menjadi lebih baik, dan konselor dapat mempengunakan lingkungan tersebut untuk memperkuat atau mempertinggi berfungsinya konseli.  Dalam hubungan ini maka perlu keahlian pemahaman tentang sistem lingkungan dan sosial, dan mengembangkan ketrampilan tersebut untuk merencanakan dan menerapkan perubahan dalam lembaga, masyarakat, atau  sistem.  Fungsi yang berkaitan dengan peran ini antara lain analisis sistem, testing dan evaluasi, perencaaan program,  perlindungan konseli (client advocacy), networking, dan sebagainya.
  1. 4. Konselor sebagai seorang agen pencegahan utama
Peranan yang ditekankan di sini adalah sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang salah dan atau mengulang kembali kesulitan. Penekanan dilakukan terutama dengan memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara untuk memperoleh atau meningkatkan ketrampilan interpersonal. Untuk itu konselor perlu antara lain pemahaman dan keahlian tentang dinamika kelompok, normal human development, psikologi belajar, teknologi pembelajaran dan sebagainya. Fungsi konselor dalam hal ini misalnya keterlibatan konselor dalam merancang kurikulum.
  1. 5. Konselor sebagai manajer
Konselor selalu memiliki sisi peran selaku administrator. Sehubungan dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai segi program pelayanan yang memiliki ragam variasi pengharapan dan peran seperti telah dikemukakan di atas.  Untuk itu perlu keahlian dalam perencanaan program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan tujuan, pembiayaan, dan pembuatan keputusan. Oleh karena itu beberapa fungsi konselor yang terkait dengan hal tersebut adalah menjadwalkan kegiatan, melakukan testing, penelitian, melakukan penilaian kebutuhan, sampai dengan menata file data.
Berbagai peran yang ditanggung atau disandang seorang konselor dapat menjadi sesuatu yang berakibat konstruktif atau sebaliknya negatif.  Berakibat negatif jika peran yang seharusnya dilakukan oleh konselor dipandang sebagai beban, sehingga justru menurunkan kinerja dan penghargaan dari pihak lain. Bermakna konstruktif apabila konselor dapat melaksanakan peran-peran tersebut secara tepat sesuai dengan kebutuhan dan konteks sehingga menjadikan kinerjanya semakin efektif  baik dalam arti prestasi sesuai keinginan (artinya antara keinginan awal dengan hasil yang diperoleh sesuai) ataupun dalam persepsi pihak lain. Dari perspektif ini berarti kemampuan konselor untuk mengatur perannya menjadi sangat penting.

Program bimbingan dan konseling yang komprehensif membutuhkan kebijakan di sekolah yang integratif yaitu adanya keselarasan antara kebijakan dalam bidang pengajaran, bimbingan, kegiatan ekstra kurikuler, kebijakan keuangan, sarana dan prasarana, personalian dan lain lain. Program bmbingan dan konseling yang komprehensif membutuhkan dukungan manajemen sekolah yang adil dan setara sehingga sekolah memberikan perhatian yang memadai dan setara terhadap semua unsur yang penting bagi jalanya proses pendidikan. Dukungan finansial yang memadai, fasilitas yang memadai dan pemberian waktu yang memadai untuk bimbingan, pengajaran dan kegiatan pendidikan lain di sekolah adalah bukti kebijakan yang integratif di sebuah lembaga pendidikan.

0 LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING



A. Topik Permasalahan : Cara Membentuk Motivasi Belajar
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas VIIB SMP 2 Tlogowungu pati
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Kamis, 19 November 2009
3. Tempat : Ruang BK SMP N 2 Tlogowungu Pati
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok hanya mengadakan rapport saja karena pada pertemuan ini siswa sudah paham maksud dan tujuan serta asas-asas dalam bimbingan kelompok. Dalam pertemuan ini juga tidak perlu dilakukan perkenalan karena praktikan dan masing-masing anggota kelompok sudah kenal dan akarab, kemudian praktikan langsung menuju pada tahap berikutnya anggota kelompok. Dalam tahap peralihan pemimpin kelompok menawarkan kepada para anggota apakah sudah siap untuk melangkah pada tahap berikutnya. Pada pertemuan ini praktikan memberikan topik tentang cara cara menghindari prasangka dan akibatnya. Setelah itu para anggota kelompok mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik yang dibahas. Pemimpin kelompok memberikan beberapa contoh kepada anggota kelompok dan anggota kelompok memberikan tanggapannya. Setelah itu praktikan menganalisis berdasarkan berbagai pendapat para anggota dengan dipaduka dengan materi yang ada untuk disimpulkan. Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena dapat menambah informasi tentang bagaimana cara menghindari prasangka dan akibatnya. Selanjutnya pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara menghindari prasangka dan akibatnya yang didalamnya terdapat pengertian prasangka, terbentuknya prasangka, usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangka, akibat prasangka. Pemimpin kelompok menanyakan ada yang
tahu apa itu prasangka? Anggota kelompok menjawab :
AR: Prasangka adalah anggapan yang kurang baik kepada orang lain.
IL : Prasangka itu merupakan perasaan kita kepada orang lain yang bisa bersifat positif maupun negatif. Pemimpin kelompok memberikan contoh apa pandangan kita terhadap
seorang pelukis atau seniman?. Anggota kelompok yang menjawab :
ES : Pasti pelukis itu hidupnya tidak teratur, jorok, tidak pernah mandi.
AT : Belum tentu semua pelukis atau seniman seperti itu kita harus punya prasangka yang positif. Kamu kan belum tahu sendiri bagaimana kehiduapan pelukis.
SR: Apa yang dikatakan Abria benar jadi belum tentu seorang pelukis itu menti jorok, jarang mandi, semprawut acak-acakan rambutnya gondrong tetapi banyak juga pelukis yang bersih. Bagaimana pandangan kalian terhadap karakter orang madura?
SY: Ya pasti karakter orang madura itu keras.
AN : Belum tentu tidak semua orang madura itu keras. Apabila kalian mendapat nilai lima pada pelajaran matematika apa yang kalian lakukan?.
AR: Introspeksi diri mungkin kita tidak belajar dengan sungguhsungguh.
CK : Ya itu mungkin kesalahan gurunya, gurunya tidak senang pada kita.
SA : Yang dikatakan Sharah itu benar kita harus instrospeksi diri kita dulu kenapa kok sampai nilai kita jelek mungkin kita jarang mengerjakan PR, terus kalau ulangan kita tidak belajar. Misalkan kalian melihat Pak Karto guru matematika, marah kepada Arri sehingga dihukum apa tanggapan kalian?
AR : Ya saya menganggap bahwa Pak Karto itu orang yang galak dan senang menghukum.
SK: Kalau saya tidak setuju mungkin kenapa Arri dihukum karena Arri bandel tidak mengerjakan tugas artau PR jarang mengikuti pelajaran yag penting menghukumnya dalam batas kewajaran.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir mulai dari awal kegaiatan sampai tahap akhir dengan melihat indikator yang ada, seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap hiperkritis, dan optimis. Indikator yang terlihat atau muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri yaitu para anggota sudah percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah mampu untuk berbicara dan memberikan pendapatnya, mampu untuk mengatasi masalah sendiri dan orang lain. Merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan para anggota tidak meremehkan pendapat orang lain. Tidak hiperkritis yaitu para anggota saling menghargai pendapat anggota yang lain. Para anggota kelompok dapat menambah wawasan tentang pemahaman-pemahaman baru tentang cara menghindari prasangka dan akibatnya yang dibahas pada saat bimbingan kelompok, komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat berprasangka positif terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada pertemuan keenam pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif dalam tanya jawab sehingga suasana kelompok terkendali. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu cara menghindari prasangka dan akibatnya, mereka bisa menererima pemahaman-pemahaman baru agar bagaimana agar kita tidak berprasangka yang jelek kepada orang lain. Para anggota merasa nyaman berada dalam kelompok karena para anggota sudah aktif berbicara, dan para anggota kelompok dapat menghargai pendapat anggota yang lain, ini juga terlihat dari indikator ang muncul. Para anggota mau berkomitmen untuk mempraktekan tentang informasi baru yang telah didapatkannya yaitu menerapkan cara menghindari prasangka dan akibatnya.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan bimbingan kelompok dapat dinilai baik, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apadanya, tidak bersikap hiperkritis. Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan. Dinamika dalam pertemuan ini sudah baik ini nampak dari keaktifan anggota kelompok dalam tanya jawab dengan memberikan pendapatnya secara terbuka dan sukarela. Aspek yang sikap yang muncul pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat begaul dengan banyak teman, berkomunikasi karena selalu berprasangka baik terhadap semua orang, dan siswa dapat mempunyai prasangka positif terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


F. Tindak Lanjut :

Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.

0 Motivasi belajar



.Pengertian Motivasi
     Bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulakan oleh motivasi tersebut”.
            Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat, barangkali kita pernah mendengar kata-kata belajar berkali-kali bahkan beratus-ratu tapi terkadang kita belum tahu pada makna asli belajar itu sendiri. belajar merupakan kegiatan pokok bagi peserta didik
      Dan pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang tidak hanya sekedar penyampaian informasi dari guru kepada siswa tetapi ada interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Gagnepembelajaran adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar dimana pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya belajar siswa.
. Karena itu peserta didik harus memahami bagaimana cara belajar yang baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua peserta didik mampu melakukan kegiatan belajar dengan baik sehingga belajarnya pun tidak memuaskan Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar misalnya tidak mampu menyerap pelajaran dengan baik, tidak dapat konsentrasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes dan sebagainya. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor sekolah sebagai personil yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan peserta didik, harus memberikan layanan bimbingan dengan  baik. Pemberian layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengajaran remedial.

B. Terbentuknya Motivasi belajar
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan dalam belajar:
1. Orang berprasangka dalam rangka mencari “kambing hitam”
2. Orang berprasangka karena dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya
3. Orang berprasangka karena mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan
4. Prasangka timbul karena adanya perbedaan yang menyebabkan perasaan superior
5. Usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangka
6. Usaha preventif (pencegahan) yaitu usaha agar seseorang jangan sampai terkena prasangka, dengan cara menciptakan situasi atau suasana yang tentram damai dan jauh dari permusuhan, menanamkan sikap selalu menerima orang lain dan mau bergaul dengan orang lain meskipun ada perbedaan.
7. Usaha kuratif yaitu usaha penyembuhan apabila anda sudah terkena prasangka yaitu dengan cara berusaha menyadarkan diri bahwa berprasangka itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain serta dapat menempuh dengan cara memperbanyak informasi melalui surat kabar, televisu, buku, dll.
8. Akibat prasangka
9. Tidak mempunyai sahabat
10. Menemukan kegagalan dalam belajar
11. Gagal dalam mencapai cita-cita

12. Menyebabkan permusuhan